Menciptakan suasana menyenangkan selama proses pembelajaran merupakan suatu faktor penting untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Sehubungan dengan hal tersebut, SMK Negeri 2 Singosari mengadakan rangkaian workshop pada tanggal 28 hingga 29 Oktober yang bertajuk Gerakan Sekolah Menyenangkan dan Penerapan Budaya Kerja di Lingkungan Sekolah.
Kegiatan pertama adalah workshop mengenai Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) yang dibuka dengan sambutan Ibu Sumijah, S.Pd., M.Si. selaku kepala sekolah. Beliau memaparkan bahwa sekolah adalah rumah kedua. Sehingga, selama menjalani proses pembelajaran, sangat penting untuk menumbuhkan rasa senang yang berhubungan dengan rasa sayang. Maka dari itu, diharapkan GSM dapat memupuk rasa senang, yang pertama dari diri sendiri, kemudian ditambah dari faktor eksternal.
Materi pertama di workshop yang digelar tanggal 28 Oktober disampaikan oleh Ibu Dra. Wahyuningsih Sri, M.Si. selaku narasumber dari Kepala Bidang Transmigrasi Dinas Tenaga Kerja. Berkaitan dengan penguatan ekosistem GSM, beliau memaparkan bahwa lingkungan yang kondusif dapat berperan dalam membuat sekolah menjadi menyenangkan. Lingkungan yang dimaksud mencakup proses pembelajaran yang tidak menimbulkan stres, seperti membiasakan diri untuk tersenyum baik terhadap rekan kerja, atasan, bawahan, hingga pada peserta didik. Contoh lain dapat berupa poster yang menyemangati peserta didik untuk belajar, dapat dibawakan dengan lucu namun tetap dalam koridor edukasi. Jika sudah menjadi budaya, maka lingkungan sekolah yang menyenangkan akan terbentuk dengan sendirinya.
Sementara itu, Bapak Hanif Ashar, M.Pd. selaku narasumber kedua menjelaskan bahwa selama menjalani hidup, kita perlu bersyukur. Sebagai pengajar, guru juga perlu menanamkan rasa senang dan bahagia, karena seorang guru tidak hanya mentransfer pengetahuan, tetapi juga mentransfer energi. Bapak Hanif juga menambahkan, saat seseorang bisa enjoy dan menikmati hidup, maka orang tersebut tidak akan membawa masalah.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam Gerakan Sekolah Menyenangkan adalah memperhatikan keseimbangan soft skill dan hard skill. Menurut Bapak Hanif, ada hal yang harus dibangun dalam menciptakan, yaitu mentalitas berkompetensi dan mencari solusi dalam menghadapi masalah. Mentalitas inilah yang disebut soft skill, yang mencakup mentalitas spiritual, keilmuan, leadership, mentalitas etis, pengabdian, hingga mentalitas kreatif.
Di akhir presentasinya, Bapak Hanif menjelaskan bahwa, dengan adanya berbagai mentalitas ini, seseorang akan memiliki jiwa pejuang yang akan menuntun pada jalan kesuksesan. “Karena pejuang sejati tidak pandai mencari alasan, akan tetapi memberi bukti hasil perjuangan,” tuturnya.
Pada tanggal 29 Oktober, workshop yang diselenggerakan bertajuk Penerapan Budaya Kerja. Materi yang pertama disampaikan oleh Ibu Dra. Wahyuningsih Sri, M.Si. yang juga mengisi materi pada workshop sebelumnya. Beliau memaparkan, budaya kerja yang baik dapat meningkatkan produktivitas. Budaya kerja ini dapat terlaksana dengan membiasakan budaya tertib dan rapi. Jika produktivitas meningkat, maka persaingan akan menjadi bagus dan berkualitas sehingga menghasilkan output yang baik.
Budaya kerja ini mencakup etos kerja, loyalitas, tertib, dan disiplin. Selain itu, Ibu Wahyuningsih juga menjelaskan prinsip 5R, yaitu Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, dan Rajin. Prinsip ini dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan yang perlu diselesaikan sehingga karyawan tidak mudah terpancing emosi, sedikit-sedikit demo, dan bisa lebih melakukan tabayyun (konfirmasi).
Kebiasaan-kebiasaan buruk seperti itu bisa diubah dengan membiasakan diri menjadi disiplin sehingga jenjang karier dan track record siswa selama bekerja dapat mengalami peningkatan. Maka dari itu, pelatihan untuk prinsip 5R diperlukan untuk memperbaiki lingkungan kerja.Contoh prinsip 5R dalam poin Ringkas adalah menghemat energi yang dibutuhkan untuk menerangi ruangan sehingga lebih hemat. Tempat buku-buku, berkas, dan dokumen yang sudah lama tidak harus menumpuk bertahun-tahun. Barang-barang yang sudah tidak dibutuhkan dapat dikemasi, dan hanya menyisakan berkas-berkas terbaru. Berkas yang dibutuhkan setiap hari harus ditempatkan di tempat utama.
Selanjutnya, pemateri dari UTERO Indonesia, Aditiyas Wahyu, menyampaikan lebih lanjut mengenai penerapan budaya kerja di lingkungan kerja. Sebagai salah satu pemangku Utero yang mengusung ide maupun konsep inovatif dan kreatif, Aditiya menjelaskan setiap divisi yang mengatur berbagai hal mulai dari marketing, keuangan, serta tim kreatif dalam bidang desain dan produksi. Aditiya menambahkan, nilai-nilai utama dalam penerapan budaya kerja adalah team work, komunikasi, dan kesepakatan. Selain itu, seseorang perlu memiliki keberanian mengambil risiko, yang berhubungan dengan fleksibilitas, progresivitas, kreativitas dan inovasi, serta mentorship.
Utero juga memiliki prograp UTERO Apprentice Program (UAP), yang merupakan program untuk mencetak SDM yang ahli dan profesional sesuai dengan jurusan dan skill yang diminati. Program ini mewujudkan sinergitas antara dunia pendidikan dan dunia industri. Kegiatannya seperti program magang dengan pola teaching industry yang dilakukan di sekolah masing-masing dengan waktu efektif 6 bulan.
Program ini didampingi oleh mentor-mentor Utero Indonesia secara strategis dan teknis di mana masing-masing peserta akan terlibat langsung dala proses riset, pengembangan, pemasaran, hingga inovasi suatu produk sesuai dengan penjurusan dan skill yang diminati. Dengan adanya program ini, siswa akan mendapatkan benefit berupa pengalaman bekerja nyata di industri kreatif, pengetahuan seputar branding, selling, dan marketing, hingga mengembangkan kemampuan dalam memperluas networking.
Rangkaian workshop ini diselingi dengan pertanyaan-pertanyaan penuh antusiasme dari para peserta. Setelah itu, kegiatan ditutup dengan doa, dan akan dilanjutkan lagi di rangkaian workshop berikutnya sesuai agenda SMK Pusat Keunggulan.